KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan barokah yang telah di limpahkanNya. Sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ Pilihan Kata (Diksi) ” dapat diselesaikan.
Kami menyadari, bahwa makalah kami ini mungkim kurang tepat atau belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Wassalam.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia
2. Pembentukan kata atau istilah
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia dan menghasilkan tulisan yang indah, enak dibaca, dan mudah dipahami pada setiap kata yang ingin disampaikan.
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia
2. Pembentukan kata atau istilah
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia dan menghasilkan tulisan yang indah, enak dibaca, dan mudah dipahami pada setiap kata yang ingin disampaikan.
BAB II
Pembahasan
Pengertian
Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat dapat membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Selain itu, pemilihan kata itu juga harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adala suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna Konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan kepada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.
Kata rumah monyet mengandung kata konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah Rumah Asap.
Makna –makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Misal:
Rumah Gedung, wisma, Graha
Penonton Pemirsa, Pemerhati
Dibuat Dirakit, Disulap
Sesuai Harmonis
Tukang Ahli, Juru
Pembantu Asisten
Pekerja Pegawai, Karyawan
Makna Konotatif dan Makna Denotatif berkaitan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna Denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Kalimat dibawah ini menunjukkan hal itu,
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terdapat suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan kalimat dibawah ini,
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil dari suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atua ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong ke dalam kata yang bermakna konotatif.
Makna Umum Dan Khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau lele. Ikan tidak hanya mujair atau lele, tetapi ikan terdiri dari beberapa macam, seperti gurame, sepat, tuna, baronan. Sebaliknya lele pasti tergolong jenis ikan; demikian pula dengan gurame, sepat, tuna, dan baronang pastilah jenis ikan. Dalam hal ini kata yang acuannya lebih luas adalah Kata Umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut Kata Khusus, seperti gurame, tuna, lele, baronang.
Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas dibandingkan dengan kata mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga melati, dahlia, anggrek dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti jenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan senjenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata umum, sedangkan kata dahlia memiliki acuan yang lebih khusus dan disebut kata khusus.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik dan spesifik.
Sapi, kerbau, kuda dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi,kerbau, kuda adalah kata khusus (spesifik).
Kata Konkret Dan Kata Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indera disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indera, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak tepat.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mngonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kat aitu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kata-kata yang bersinonim lainnya adalah,
Agung, besar, raya
Mati, mangkat, wafat, meninggal
Cahaya, sinar
Ilmu, pengetahuan
Penelitian, penyelidikan
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata yaitu, dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru dari unsur serapan. Dari dalam bahsa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya :
Tata Daya Serba Hari Tutup Lepas
Tata buku Daya tahan Serba putih Hari sial Tutup tahun Lepas tangan
Tata bahasa Daya pukul Serba plastik Hari jadi Tutup usia Lepas pantai
Tata rias Daya tarik Serba kuat Hari besar Tutup buku Lepas landas
Tata cara Daya serap Serba tahu
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misal :
Bank wisata
Kredit santai
Valuta nyeri televisi
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakan karena itu berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-mempengaruhi dalam kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan kata-kata itu. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atua situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan, karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu, ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut kata serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada 4 macam :
Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah,
Bank
Opname
Golf
Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah,
Subject subjek
Apoteek apotek
Standard standar
University universitas
Kita menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Yang tergolong ke dalam bentuk ini ialah,
Starting point titik tolak
Meet the press jumpa pers
Up to date mutakhir
Briefing taklimat
Hearing dengar pendapat
Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang termasuk golonga ini adalah,
De facto
Status quo
Cum laude
Ad hoc
Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.
Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari. Misalnya, nonggkrong.
Kata-kata itu bisa dipakai juga sudah menjadi milik umum. Contohnya,
Ganyang
Lugas
Heboh
Santai
Pamrih
Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh,
Tunanetra
Tunarungu
Tunawicara
Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat. Contoh,
Konon
Laskar
Didaulat
Dibawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalu tempat arti dan tepat tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan. Beberapa contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat :
A) kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung; kata-kata itu tidak dapat selalu dipertukarkan. Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung.
B) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaian. Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda. Contoh yang benar :
Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
Masing-masing mengemukakan keberatannya.
Para pemain negara APEC yang hadir di Jakarta masing-masing dijaga ketat oleh pengawal kepresidenan Indonesia
c) Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain,misalnya.
Misalnya :
Contoh salah :
Dalam ruang ini kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Contoh Benar :
Dalam ruang ini kita dapat menemukan meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Dalam ruang ini kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku dan bangku.
d) Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. ( salah )
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. ( benar )
e) Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh :
Ia mencari sesuatu.
Pada suatu waktu ia datang dengan wajah bersei-seri.
f) Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh :
Ia mendapat tugas dari atasannya.
Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh :
Duduk lebih baik daripada berdiri.
Indonesia lebih luas daripada Malaysia.
Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang merupakan perbaikannya.
penanggalan Awalan me-
Penanggalan awalan me- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritannya awalan me- harus eksplisit. Di bawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia.(salah)
1 a) Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
2) Jaksa Agung, Marzuki Darusman , periksa mantan Presiden Soeharto. (salah)
2 a) Jaksa Agung, Marzuki Darusman , memeriksa mantan Presiden Soeharto. (benar)
penanggalan Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber- . Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
1) Sampai jumpa lagi ( salah ).
1 a) Sampai berjumpa lagi ( benar ).
2) Pendapat saya beda dengan pendapatnya ( salah ).
2 a) Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya ( benar ).
peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me- . Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan me-. Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
1) Wakidi sedang menyuci mobil ( salah ).
1 a) Wakidi sedang mencuci mobil ( benar ).
2) Eka lebih menyintai Boby daripada menyintai Roy ( salah ).
2 a) Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy ( benar ).
penyegauan Kata Dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kia sering menemukan penggunaan kata-kata, nyopet, mandang, ngail, ngantuk,nabrak,nanam,nulis,nyubit,ngepung,nolak,nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata mencopet,memandang,mengail,mengantuk,menabrak,menanam,menulis,mencubit,mengepung,menolak,mencabut,menyuap,dan mencari.
bunyi /s/ , /k/ , /p/ , dan /t/ yang Tidak Luluh
Kata dasar yang bunyi awalan /s/ , /k/ , /p/ , atau /t/ sering tidak luluh jika mendapatkan awalan me- atau pe-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai ke akar-akarnya. (salah)
1 a) Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke akar-akarnya. (benar)
2) Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. ( salah )
2 a) Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. ( benar )
Kaidah peluluhan bunyi s,k,p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi awalan me-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila diberi awalan me-, kata itu akan menjadi memproklamasikan.
awalan ke- yang keliru
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi awalan ke-. Hal ini disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umunya, kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
1) Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. ( salah )
1 a) Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. ( benar )
2) Mengapa kamu ketawa terus? ( salah )
2 a) Mengapa kamu tertetawa terus? ( salah )
Perlu diketahui awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak dan ketua. Oleh sebab itu kata ketawa,kecantol,keseleo,kebawa,ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk yang benar ialah kedua,ketiga,keempat,kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.
pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Di bawah ini diungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. ( salah )
1 a) Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. ( benar )
2) Soekarno-Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia. ( salah )
2) Soekarno-Hatta memproklamasikan negara Republik Indonesia. ( benar )
Perlu diperhatikan, akhiran –asi¬ atau –isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi,radionisasi,pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena dasarnya bukan untuk kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha perternakan lele, usaha penanaman turi,usaha pemasangan neon,gerakan memasyarakatkan radio,gerakan pemasangan pomp, dan usaha memasyarakatkan koran.
Padanan yang Tidak Serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar terutama dalam memakai ungkapan penghubung intrakalimat.
1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. ( salah )
1 a) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.(benar)
1 b) Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.(benar)
2) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (salah)
2 a) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (benar)
2 b) Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (benar)
3) Walupun malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. (salah)
3 a) Walupun malam tadi bertugas siskamling,ia masuk kantor juga seperti biasa. (benar)
3 b) Malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. (benar)
Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak diperlukan.
Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena .. maka, untuk ... maka, meskipun ... tetapi, kalau ... maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalu saja tanpa diikuti maka, atau maka saja tanpa didahului oleh karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi saja tanpa didahului meskipun.
pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di,ke,dari,bagi, dan daripada sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan
1) Meja ini terbuat daripada kayu. ( salah )
1 a) Meja ini terbuat dari kayu. ( benar )
2) Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. ( salah )
2 a) Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. ( benar )
pemakain Akronim (singkatan )
kita membedakan istilah “singkatan” dengan “betuk singkat” . yang di maksud dengan bentuk singkat adalah PLO,UI,dan lain-lain. Yang dimaksud dengan bentuk singkat lab, memo, dan lain-lain. Pemakainan akronim dan singkatan dalam bahasa kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu internasional boxing federation dan international badminton federation. Oleh sebab itu pemakain akronim dan singkatann sesedapatmugkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim dan singkatan itu . singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan maknannya sudah mantap.
penggunaan kesimpulan , keputusan , penalaran dan pemukiman
Kata-kata kesimpulan besaing maknanya dengan simpulan ; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan. Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah adalah simpulan , ataukahhsebaliknya. Pembentukan kata dalam bahasa sebenarnya mengikuti pola yang rapid an konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama , bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain terdapat korelasi diantara bentukan tersebut.perhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut.
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan
Pilih memilih pemilih pemilihan pilihan
Bawa membawa pembawa pembawaan bawaan
Pakai memakai pemakai pemakaian pakaian
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut
Tani bertani petani pertanian
Tinju bertinju petinju pertinjuan
Silat bersilat pesilat persilatan
Mukim bermukim pemukim permukiman
Berdasarkan kaidah di atas , bentukan-bentukan berikut dianggap kurang konsisten.
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimpulan. (kurang rapi)
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan. (rapi)
Sesuai dengan keputusan pemerintah , bea masuk barang mewah dinaikan menjadi 20%. (kurang rapi)
sesuai dengan putusan pemerintah , bea masuk barang mewah dinaikan menjadi 20%. (rapi)
Pengguaan kata yang tepat
Salah satu ciri pemakain bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari seering di jumpai pemakaian kata yang tidak hemat(boros). Berikut contoh pemakaian kata yang hemat dan tidak hemat(boros).
Boros Hemat
Sejak dari Sejak atau dari
Agar supaya Agar atau supaya
Demi untuk Demi atau supaya
Adalah merupakan Adalah atau merupakan
Seperti… dan sebagainnya Seperti atau dan sebagainya
Misalnya… dan lain-lain Misalnya atau dan lain-lain
Antara lain… dan seterusnnya Antara lain atau dan seterusnya
Berbagai factor-faktor Berbagai faktor
Menyatakan persetujuan Menyetujui
Mari kita lihat perbandingan pemakain kata yang hemat dan boros berikut.
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan untuk produksi minyak lebih besar. (boros, salah)
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan tenaga dorong buatan untuk produksi minyak lebih besar. (hemat , benar)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (boros , salah)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar , hemat)
Karburator adalah bagian mesin motor tempat di mana gas bahan bakar miyak bercampur dengan udara. (boros , salah)
Karburator bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara . (benar)
Pemakain kata yang boros seperti sejak dari, adalah merupakan demi untuk, agar supaya , dan zaman dahulu kala juga harus dihindari
Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti orang yang biasa bertinju, bukan orang yang biasa meninju. Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju,seperti pesenam , pesilat , pegolf , peterjun, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata di bentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju ? jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti ini .
petinju ‘orang yang bertinju’
pesenam ‘orang yang bersenam’
pesilat ‘orang yang bersilat’
peboling ‘orang yang berboling’
pesky ‘orang yang berski’
kata bertinju, bersenam dann bersilat mungki bisa digunakan akan tetapi, kata bergolf, berterjun dan bertenis bukan kata yang lazim . oleh sebab itu, muculnya kata pesky, peselancar,dan peboling pada dasarnya tidak terbentuk dari berski , berboling , berselancar, dan bertenis.
bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia. Sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti
Kuda-kuda, meja-meja, dan buku-buku
Bentuk jamak dengann menambah kata bilangan seperti
Beberapa meja,
Sekalian tamu,
Semua buku, dan
Dua tempat.
Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti para tamu.
Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti
Mereka kita, dan
Kami kalian.
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan tunggal dari bahasa asing.
Bentuk tunggal Bentuk jamak
datum data
alumnus alumni
alim ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu , tidak salah kalau ada bentuk
Beberapa data,
Tiga alumni, dan seterusnya
Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan ataau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Unkapan yag bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yag dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatic adalah sebagai berikut.
Menteri dalam Negeri bertemu Presiden Gus Dur.(salah) Menteri dalam Negeri bertemu dengan Presiden Gus Dur. (benar)
Yang benar adalah bertemu dengan
Disamping itu , ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu .
Sehubungan dengan
Berbhubungan dengan
Sesuai dengan
Sejalan dengan
Ungkapan idiomatic lain yang perlu di perhatikan ialah
Salah benar
Terdiri terdiri atas/ dari
Terjadi atas terjadi dari
Tergantung kepada bergantung pada
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat dapat membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Selain itu, pemilihan kata itu juga harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adala suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna Konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan kepada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.
Kata rumah monyet mengandung kata konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah Rumah Asap.
Makna –makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Misal:
Rumah Gedung, wisma, Graha
Penonton Pemirsa, Pemerhati
Dibuat Dirakit, Disulap
Sesuai Harmonis
Tukang Ahli, Juru
Pembantu Asisten
Pekerja Pegawai, Karyawan
Makna Konotatif dan Makna Denotatif berkaitan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna Denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Kalimat dibawah ini menunjukkan hal itu,
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terdapat suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan kalimat dibawah ini,
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil dari suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atua ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong ke dalam kata yang bermakna konotatif.
Makna Umum Dan Khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau lele. Ikan tidak hanya mujair atau lele, tetapi ikan terdiri dari beberapa macam, seperti gurame, sepat, tuna, baronan. Sebaliknya lele pasti tergolong jenis ikan; demikian pula dengan gurame, sepat, tuna, dan baronang pastilah jenis ikan. Dalam hal ini kata yang acuannya lebih luas adalah Kata Umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut Kata Khusus, seperti gurame, tuna, lele, baronang.
Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas dibandingkan dengan kata mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga melati, dahlia, anggrek dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti jenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan senjenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata umum, sedangkan kata dahlia memiliki acuan yang lebih khusus dan disebut kata khusus.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik dan spesifik.
Sapi, kerbau, kuda dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi,kerbau, kuda adalah kata khusus (spesifik).
Kata Konkret Dan Kata Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indera disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indera, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak tepat.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mngonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kat aitu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kata-kata yang bersinonim lainnya adalah,
Agung, besar, raya
Mati, mangkat, wafat, meninggal
Cahaya, sinar
Ilmu, pengetahuan
Penelitian, penyelidikan
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata yaitu, dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru dari unsur serapan. Dari dalam bahsa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya :
Tata Daya Serba Hari Tutup Lepas
Tata buku Daya tahan Serba putih Hari sial Tutup tahun Lepas tangan
Tata bahasa Daya pukul Serba plastik Hari jadi Tutup usia Lepas pantai
Tata rias Daya tarik Serba kuat Hari besar Tutup buku Lepas landas
Tata cara Daya serap Serba tahu
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misal :
Bank wisata
Kredit santai
Valuta nyeri televisi
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakan karena itu berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-mempengaruhi dalam kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan kata-kata itu. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atua situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan, karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu, ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut kata serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada 4 macam :
Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah,
Bank
Opname
Golf
Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah,
Subject subjek
Apoteek apotek
Standard standar
University universitas
Kita menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Yang tergolong ke dalam bentuk ini ialah,
Starting point titik tolak
Meet the press jumpa pers
Up to date mutakhir
Briefing taklimat
Hearing dengar pendapat
Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang termasuk golonga ini adalah,
De facto
Status quo
Cum laude
Ad hoc
Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.
Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari. Misalnya, nonggkrong.
Kata-kata itu bisa dipakai juga sudah menjadi milik umum. Contohnya,
Ganyang
Lugas
Heboh
Santai
Pamrih
Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh,
Tunanetra
Tunarungu
Tunawicara
Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat. Contoh,
Konon
Laskar
Didaulat
Dibawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalu tempat arti dan tepat tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan. Beberapa contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat :
A) kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung; kata-kata itu tidak dapat selalu dipertukarkan. Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung.
B) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaian. Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda. Contoh yang benar :
Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
Masing-masing mengemukakan keberatannya.
Para pemain negara APEC yang hadir di Jakarta masing-masing dijaga ketat oleh pengawal kepresidenan Indonesia
c) Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain,misalnya.
Misalnya :
Contoh salah :
Dalam ruang ini kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Contoh Benar :
Dalam ruang ini kita dapat menemukan meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Dalam ruang ini kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku dan bangku.
d) Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. ( salah )
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. ( benar )
e) Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh :
Ia mencari sesuatu.
Pada suatu waktu ia datang dengan wajah bersei-seri.
f) Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh :
Ia mendapat tugas dari atasannya.
Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh :
Duduk lebih baik daripada berdiri.
Indonesia lebih luas daripada Malaysia.
Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang merupakan perbaikannya.
penanggalan Awalan me-
Penanggalan awalan me- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritannya awalan me- harus eksplisit. Di bawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia.(salah)
1 a) Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
2) Jaksa Agung, Marzuki Darusman , periksa mantan Presiden Soeharto. (salah)
2 a) Jaksa Agung, Marzuki Darusman , memeriksa mantan Presiden Soeharto. (benar)
penanggalan Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber- . Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
1) Sampai jumpa lagi ( salah ).
1 a) Sampai berjumpa lagi ( benar ).
2) Pendapat saya beda dengan pendapatnya ( salah ).
2 a) Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya ( benar ).
peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me- . Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan me-. Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
1) Wakidi sedang menyuci mobil ( salah ).
1 a) Wakidi sedang mencuci mobil ( benar ).
2) Eka lebih menyintai Boby daripada menyintai Roy ( salah ).
2 a) Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy ( benar ).
penyegauan Kata Dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kia sering menemukan penggunaan kata-kata, nyopet, mandang, ngail, ngantuk,nabrak,nanam,nulis,nyubit,ngepung,nolak,nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata mencopet,memandang,mengail,mengantuk,menabrak,menanam,menulis,mencubit,mengepung,menolak,mencabut,menyuap,dan mencari.
bunyi /s/ , /k/ , /p/ , dan /t/ yang Tidak Luluh
Kata dasar yang bunyi awalan /s/ , /k/ , /p/ , atau /t/ sering tidak luluh jika mendapatkan awalan me- atau pe-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai ke akar-akarnya. (salah)
1 a) Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke akar-akarnya. (benar)
2) Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. ( salah )
2 a) Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. ( benar )
Kaidah peluluhan bunyi s,k,p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi awalan me-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila diberi awalan me-, kata itu akan menjadi memproklamasikan.
awalan ke- yang keliru
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi awalan ke-. Hal ini disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umunya, kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
1) Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. ( salah )
1 a) Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. ( benar )
2) Mengapa kamu ketawa terus? ( salah )
2 a) Mengapa kamu tertetawa terus? ( salah )
Perlu diketahui awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak dan ketua. Oleh sebab itu kata ketawa,kecantol,keseleo,kebawa,ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk yang benar ialah kedua,ketiga,keempat,kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.
pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Di bawah ini diungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. ( salah )
1 a) Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. ( benar )
2) Soekarno-Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia. ( salah )
2) Soekarno-Hatta memproklamasikan negara Republik Indonesia. ( benar )
Perlu diperhatikan, akhiran –asi¬ atau –isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi,radionisasi,pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena dasarnya bukan untuk kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha perternakan lele, usaha penanaman turi,usaha pemasangan neon,gerakan memasyarakatkan radio,gerakan pemasangan pomp, dan usaha memasyarakatkan koran.
Padanan yang Tidak Serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar terutama dalam memakai ungkapan penghubung intrakalimat.
1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. ( salah )
1 a) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.(benar)
1 b) Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.(benar)
2) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (salah)
2 a) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (benar)
2 b) Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (benar)
3) Walupun malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. (salah)
3 a) Walupun malam tadi bertugas siskamling,ia masuk kantor juga seperti biasa. (benar)
3 b) Malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. (benar)
Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak diperlukan.
Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena .. maka, untuk ... maka, meskipun ... tetapi, kalau ... maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalu saja tanpa diikuti maka, atau maka saja tanpa didahului oleh karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi saja tanpa didahului meskipun.
pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di,ke,dari,bagi, dan daripada sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan
1) Meja ini terbuat daripada kayu. ( salah )
1 a) Meja ini terbuat dari kayu. ( benar )
2) Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. ( salah )
2 a) Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. ( benar )
pemakain Akronim (singkatan )
kita membedakan istilah “singkatan” dengan “betuk singkat” . yang di maksud dengan bentuk singkat adalah PLO,UI,dan lain-lain. Yang dimaksud dengan bentuk singkat lab, memo, dan lain-lain. Pemakainan akronim dan singkatan dalam bahasa kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu internasional boxing federation dan international badminton federation. Oleh sebab itu pemakain akronim dan singkatann sesedapatmugkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim dan singkatan itu . singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan maknannya sudah mantap.
penggunaan kesimpulan , keputusan , penalaran dan pemukiman
Kata-kata kesimpulan besaing maknanya dengan simpulan ; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan. Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah adalah simpulan , ataukahhsebaliknya. Pembentukan kata dalam bahasa sebenarnya mengikuti pola yang rapid an konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama , bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain terdapat korelasi diantara bentukan tersebut.perhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut.
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan
Pilih memilih pemilih pemilihan pilihan
Bawa membawa pembawa pembawaan bawaan
Pakai memakai pemakai pemakaian pakaian
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut
Tani bertani petani pertanian
Tinju bertinju petinju pertinjuan
Silat bersilat pesilat persilatan
Mukim bermukim pemukim permukiman
Berdasarkan kaidah di atas , bentukan-bentukan berikut dianggap kurang konsisten.
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimpulan. (kurang rapi)
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan. (rapi)
Sesuai dengan keputusan pemerintah , bea masuk barang mewah dinaikan menjadi 20%. (kurang rapi)
sesuai dengan putusan pemerintah , bea masuk barang mewah dinaikan menjadi 20%. (rapi)
Pengguaan kata yang tepat
Salah satu ciri pemakain bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari seering di jumpai pemakaian kata yang tidak hemat(boros). Berikut contoh pemakaian kata yang hemat dan tidak hemat(boros).
Boros Hemat
Sejak dari Sejak atau dari
Agar supaya Agar atau supaya
Demi untuk Demi atau supaya
Adalah merupakan Adalah atau merupakan
Seperti… dan sebagainnya Seperti atau dan sebagainya
Misalnya… dan lain-lain Misalnya atau dan lain-lain
Antara lain… dan seterusnnya Antara lain atau dan seterusnya
Berbagai factor-faktor Berbagai faktor
Menyatakan persetujuan Menyetujui
Mari kita lihat perbandingan pemakain kata yang hemat dan boros berikut.
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan untuk produksi minyak lebih besar. (boros, salah)
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan tenaga dorong buatan untuk produksi minyak lebih besar. (hemat , benar)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (boros , salah)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar , hemat)
Karburator adalah bagian mesin motor tempat di mana gas bahan bakar miyak bercampur dengan udara. (boros , salah)
Karburator bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara . (benar)
Pemakain kata yang boros seperti sejak dari, adalah merupakan demi untuk, agar supaya , dan zaman dahulu kala juga harus dihindari
Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti orang yang biasa bertinju, bukan orang yang biasa meninju. Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju,seperti pesenam , pesilat , pegolf , peterjun, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata di bentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju ? jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti ini .
petinju ‘orang yang bertinju’
pesenam ‘orang yang bersenam’
pesilat ‘orang yang bersilat’
peboling ‘orang yang berboling’
pesky ‘orang yang berski’
kata bertinju, bersenam dann bersilat mungki bisa digunakan akan tetapi, kata bergolf, berterjun dan bertenis bukan kata yang lazim . oleh sebab itu, muculnya kata pesky, peselancar,dan peboling pada dasarnya tidak terbentuk dari berski , berboling , berselancar, dan bertenis.
bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia. Sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti
Kuda-kuda, meja-meja, dan buku-buku
Bentuk jamak dengann menambah kata bilangan seperti
Beberapa meja,
Sekalian tamu,
Semua buku, dan
Dua tempat.
Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti para tamu.
Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti
Mereka kita, dan
Kami kalian.
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan tunggal dari bahasa asing.
Bentuk tunggal Bentuk jamak
datum data
alumnus alumni
alim ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu , tidak salah kalau ada bentuk
Beberapa data,
Tiga alumni, dan seterusnya
Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan ataau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Unkapan yag bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yag dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatic adalah sebagai berikut.
Menteri dalam Negeri bertemu Presiden Gus Dur.(salah) Menteri dalam Negeri bertemu dengan Presiden Gus Dur. (benar)
Yang benar adalah bertemu dengan
Disamping itu , ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu .
Sehubungan dengan
Berbhubungan dengan
Sesuai dengan
Sejalan dengan
Ungkapan idiomatic lain yang perlu di perhatikan ialah
Salah benar
Terdiri terdiri atas/ dari
Terjadi atas terjadi dari
Tergantung kepada bergantung pada
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diksi adalah ketepatan atau kesesuaian pilihan kata pada suatu paragraf atau wacana. Dengan penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dengan pengekspresian paragraf atau wacana maka gaya bahasa menjadi efektif. Sehingga gaya bahasa membentuk suasana kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau gaya percakapan. Gaya bahasa yang dihasilkan oleh pilihan kata terbagi tiga yaitu, gaya sederhana, gaya menengah dan gaya mulia.
Penggunaan ketepatan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa. Kesesuaian kata diperlukan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana yang sedang berlangsung. Pengembangan perubahan makna dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan pengembangannya bersesuaian dengan kualitas pemikiran pemakainya.
Denotasi bermakna lazim atau aslinya sedangkan konotasi bermakna kias atau bukan makna sebenarnya. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki perbedaan dalam hal bentuk, ejaan, dan pengucapan tetapi bermakna sama. Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan dan tidak dapat digantikan dengan pasangan lain. Kata tanya merupakan kata yang hanya digunakan untuk menanyakan sesuatu.
Homonim merupakan kata yang memiliki tulisan dan bunyi yang sama, tetapi berbeda makna. Sedangkan homofon merupakan, kata yang memiliki bunyi yang sama dengan tulisan dan makna yang berbeda. Berbeda dengan homonim dan homofon, homograf merupakan kata yang memiliki tulisan dan makna yang sama tetapi bunyinya berbeda.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Kata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang luas, dan sifatnya umum sedangkan, kata khusus adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang sempit, dan sifatnya khusus. Defenisi merupakan kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama orang, benda, proses, atau aktivitas, batasan arti, rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi atau Uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kejadian.
B. SARAN
Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata tersebut harus sesuai dan tepat. Ketepatan dan kesesuaian kata tersebut sangat penting dalam suatu karya sastra agar pesan yang disampaikan penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Jadi, diksi sangat penting untuk dipelajari agar kita menjadi seorang Intelek yang profesional dan mampu membuat karya sastra yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/diksi.html
http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for comments